Kamis, 19 Juli 2007

Cassava dari Berbagai Belahan Dunia


Cassava


The cassava, casava, yuca or manioc (Manihot esculenta) is a woody shrub of the Euphorbiaceae (spurge family) native to South America that is extensively cultivated as an annual crop in tropical and subtropical regions for its edible starchy tuberous root, a major source of carbohydrates.

Cassava is called mandioca, aipim, or macaxeira in Portuguese, mandio in Guaraní, maniok in Afrikaans and Rotuman, yuca or mandioca in Spanish, muhogo in Swahili,mogho in Gujarati, tapioka in Fijian, kappa or maracheeni in Malayalam, singkong or ubi kayu in Indonesian and Malay language, tugi in Ilocano, balinghoy in Tagalog, maniok in German, Danish and Czech, manyok in Haitian Creole, lumu in Kichwa, manioc in French, mannyokka in Sinhala, khoai mì, khoai sắn in Vietnamese, mianga in Kikuyu, muwogo in Luganda, and cassave in Dutch.

History and economic impact


The species Manihot esculenta originated in South America. It was domesticated before recorded history in Brazil and Paraguay, became the staple food of the native populations of northern South America and the West Indies and was later assimilated by the Portuguese and Spanish. Forms of the modern domesticated species can be found growing spontaneously in the south of Brazil. While there are several wild Manihot species, all varieties of M. esculenta are cultigens.

World production of cassava root was estimated to be 184 million tonnes in 2002, the majority of production is in Africa where 99.1 million tonnes were grown, 51.5 million tonnes were grown in Asia and 33.2 million tonnes in Latin America and the Caribbean.

Farming

assava is harvested by hand by raising the lower part of stem and pulling the roots out of the ground, then removing them from the base of the plant . The upper parts of the stems with the leaves are plucked off before harvest

Processing

he root cannot be consumed raw, since it contains free and bound cyanogenic glucosides which are converted to cyanide in the presence of linamarase, a naturally occurring enzyme in cassava. Cassava varieties are often categorized as either "sweet" or "bitter", signifying the absence or presence of toxic levels of cyanogenic glucosides. The so-called "sweet" (actually "not bitter") cultivars can produce as little as 20 milligrams of cyanide (CN) per kilogram of fresh roots, while "bitter" ones may produce more than 50 times as much (1 g/kg). Cassavas grown during drought are especially high in these toxins. [1] [2] Konzo (also called mantakassa) is a paralytic neurological disease associated with several weeks of almost exclusive consumption of insufficiently processed bitter cassava. Dr Howard Bradbury, an Australian plant chemist, has developed a simple method to reduce the cyanide content of cassava flour.[3] This method is currently being promoted in rural African communities that are dependent on cassava.[4]


For some smaller-rooted "sweet" varieties, cooking is sufficient to eliminate all toxicity. The larger-rooted "bitter" varieties used for production of flour or starch must be processed to remove the cyanogenic glucosides. The large roots are peeled and then ground into flour, which is then soaked in water, squeezed dry several times, and toasted. The starch grains that float to the surface during the soaking process are also used in cooking.[5] The flour is used throughout the Caribbean.

Rabu, 18 Juli 2007

Cara Membuat Tiwul


Bahan:
300 gr tepung gaplek
70 ml air
2 lbr daun pandan
100 gr gula merah, sisir
Taburan:
1/4 btr kelapa muda parut panjang
1 lbr daun pandan
1/4 sdt garam

Cara membuat:
1. Taruh tepung gaplek di atas tampah, perciki dengan air sambil diaduk-aduk hingga adonan berbutir seperti pasir, sisihkan.
2. Masukkan adonan ke dalam dandang yang telah dipanaskan dan dialasi daun pisang, taruh gula merah sisir secara acak, kukus hingga 60 menit, angkat.
3. Kukus pula kelapa parut dengan daun pandan dan garam selama 15 menit, angkat.
4. Sajikan tiwul bersama kelapa parut.

Untuk 6 orang

Selasa, 17 Juli 2007

Singkong


Singkong
Merupakan umbi atau akar pohon yang panjang dengan fisik rata-rata bergaris tengah 2-3 cm dan panjang 50-80 cm, tergantung dari jenis singkong yang ditanam. Daging umbinya berwarna putih atau kekuning-kuningan. Umbi singkong tidak tahan simpan meskipun ditempatkan di lemari pendingin. Gejala kerusakan ditandai dengan keluarnya warna biru gelap akibat terbentuknya asam sianida yang bersifat racun bagi manusia.
Umbi singkong merupakan sumber energi yang kaya karbohidrat namun sangat miskin protein. Sumber protein yang bagus justru terdapat pada daun singkong karena mengandung asam amino metionin.
Sejarah dan pengaruh ekonomi
Jenis singkong Manihot esculenta pertama kali dikenal di Amerika Selatan kemudian dikembangkan pada masa pra-sejarah di Brasil dan Paraguay. Bentuk-bentuk modern dari spesies yang telah dibudidayakan dapat ditemukan bertumbuh liar di Brasil selatan. Meskipun spesies Manihot yang liar ada banyak, semua varitas M. esculenta dapat dibudidayakan.
Produksi singkong dunia diperkirakan mencapai 184 juta ton pada tahun 2002. Sebagian besar produksi dihasilkan di Afrika 99,1 juta ton dan 33,2 juta ton di Amerika Latin dan Kepulauan Karibia.
Singkong ditanam secara komersial di wilayah Indonesia (waktu itu Hindia Belanda) pada sekitar tahun 1810[1], setelah sebelumnya diperkenalkan orang Portugis pada abad ke-16 ke Nusantara dari Brasil.
Proses pembuatan
Umbi akar singkong banyak mengandung glukosa dan dapat dimakan mentah. Rasanya sedikit manis, ada pula yang pahit tergantung pada kandungan racun glukosida yang dapat membentuk asam sianida. Umbi yang rasanya manis menghasilkan paling sedikit 20 mg HCN per kilogram umbi akar yang masih segar, dan 50 kali lebih banyak pada umbi yang rasanya pahit. Pada jenis singkong yang manis, proses pemasakan sangat diperlukan untuk menurunkan kadar racunnya. Dari umbi ini dapat pula dibuat tepung tapioka.

Manfaat Cassava (Ubi Kayu)


Uraian :
Ubi kayu (manihot esculenta) termaasuk tumbuhan berbatang pohon lunak atau getas (mudah patah). Ubi kayu berbatang bulat dan bergerigi yang terjadi dari bekas pangkal tangkai daun, bagian tengahnya bergabus dan termasuk tumbuhan yang tinggi. Ubi kayu bisa mencapai ketinggian 1-4 meter. Pemeliharaannya mudah dan produktif. Ubi kayu dapat tumbuh subur di daerah yang berketinggian 1200 meter di atas permukaan air laut. Daun ubi kayu memiliki tangkai panjang dan helaian daunnya menyerupai telapak tangan, dan tiap tangkai mempunyai daun sekitar 3-8 lembar. Tangkai daun tersebut berwarna kuning, hijau atau merah.

Nama Lokal :
Cassava (Inggris), Kasapen, sampeu, kowi dangdeur (Sunda); Ubi kayu, singkong, ketela pohon (Indonesia); Pohon, bodin, ketela bodin, tela jendral, tela kaspo (Jawa)

Penyakit Yang Dapat Diobati :
Reumatik, Demam, Sakit kepala, Diare, Cacingan, Mata kabur; Nafsu makan, Luka bernanah, Luka baru kena panas;

Pemanfaatan :
1. Reumatik
a. Bahan:
5 lembar daun ubi kayu, 1/4 sendok kapur sirih.
Cara membuat: kedua bahan tersebut ditumbuk halus.
Cara menggunakan: digunakan sebagai bedak/bobok pada
bagian yang sakit.

b. Bahan:
1 potong batang ubi kayu.
Cara membuat : direbus dengan 5 gelas air sampai mendidih
hingga tinggal 4 gelas, kemudian disaring untuk diambil airnya.
Cara menggunakan : diminum 2 kali sehari, pagi dan sore.

2. Demam
a. Bahan:
1 potong batang daun ubi kayu.
Cara membuat: direbus dengan 3 gelas air sampai mendidih,
kemudian disaring untuk diambil airnya.
Cara menggunakan: diminum 2 kali sehari, pagi dan sore.

b. Bahan:
3 lembar daun ubi kayu.
Cara membuat: ditumbuk halus.
Cara menggunakan: dipergunakan sebagai kompres.

3. Sakit Kepala
Bahan:
3 lembar daun ubi kayu.
Cara membuat: ditumbuk halus.
Cara menggunakan: dipergunakan sebagai kompres.

4. Diare
Bahan:
7 lembar daun ubi kayu.
Cara membuat: direbus dengan 4 gelas air sampai mendidih hingga
tinggal 2 gelas, kemudian disaring untuk diambil airnya.
Cara menggunakan: diminum 2 kali sehari, pagi dan sore. Bila anak
yang masih menyusui yang kena diare, ibunya yang meminum.

5. Mengusir cacing perut
Bahan:
kulit batang ubi kayu secukupnya.
Cara membuat: direbus dengan 3 gelas air sampai mendidih hingga
tinggal 1 gelas, kemudian disaring untuk diambil airnya.
Cara menggunakan: diminum menjelang tidur malam.

6. Mata sering kabur
Bahan:
daun ubi kayu secukupnya.
Cara membuat: direbus, diberi bumbu garam dan bawang putih
secukupnya.
Cara menggunakan: dimakan bersama nasi setiap hari.

7. Menambah nafsu makan
Bahan:
daun ubi kayu secukupnya.
Cara membuat: direbus, diberi bumbu garam dan bawang putih
secukupnya.
Cara menggunakan: dimakan bersama nasi dan sambal tomat.

8. Luka bernanah
a. Bahan:
batang daun ubi kayu yang masih muda.
Cara membuat: ditumbuk halus.

b. Bahan:
1 potong buah ubi kayu.
Cara membuat: diparut.
Cara menggunakan: dibobokan pada bagian tubuh yang luka

9. Luka baru kena barang panas (mis. knalpot)
Bahan:
1 potong buah ubi kayu.
Cara membuat: diparut dan diperas untuk diambil airnya, dan
dibiarkan beberapa saat sampai tepung (patinya = jawa) mengendap.
Cara menggunakan: tepung (pati) dioleskan pada bagian tubuh yang
luka.

Komposisi :
KANDUNGAN KIMIA : Ubi kayu mempunyai komposisi kandungan kimia ( per 100 gram ) antara lain : - Kalori 146 kal - Protein 1,2 gram - Lemak 0,3 gram - Hidrat arang 34,7 gram - Kalsium 33 mg - Fosfor 40 mg - Zat besi 0,7 mg Buah ubi kayu mengandung ( per 100 gram ) : - Vitamin B1 0,06 mg - Vitamin C 30 mg - dan 75 % bagian buah dapat dimakan. Daun ubi kayu mengandung ( per 100 gram ) : - Vitamin A 11000 SI - Vitamin C 275 mg - Vitamin B1 0,12 mg - Kalsium 165 mg - Kalori 73 kal - Fosfor 54 mg - Protein 6,8 gram - Lemak 1,2 gram - Hidrat arang 13 gram - Zat besi 2 mg - dan 87 % bagian daun dapat dimakan. Kulit batang ubi kayu mengandung tanin, enzim peroksidase, glikosida dan kalsium oksalat.